Selasa, 08 April 2014

Tulisan 2 : Stress



Tulisan 2
I
Pengalaman Stress

Pengalaman stres saya yang paling berkesan untuk saat ini adalah ketika saya kuliah semester 2. Pada saat itu saya sangat cemas mengetahui hasil IP, karena saya sadar perjalanan saya pada saat menjelang semester dua tidaklah semulus semester satu. Semester satu saya memperoleh IP yang sangat memuaskan dan tidak disangka-sangka, namun selama semester 2 saya semangat saya menjadi menurun. Memang sewaktu semester dua ada matakuliah yang tidak saya sukai, sehingga itu yang menyebabkan nilai saya turun drastis, IP saya masih tetap berada diatas rata-rata, namun sudah turun seperti yang saya tidak duga sebelumnya. Sewaktu saya melihat hasilnya, ternyata benar dugaan saya hanya dengan mata kuliah itu saja nilai saya bermasalah, dimata kuliah lainnya nilai saya tetap dan tidak berubah. Sejujurnya pada saat mengetahui hasil seperti itu saya sangat terkejut bahkan saya sampai memprotes hasilnya kepada bagian kamus yang mengurusi permasalahn nilai. Dan yang lebih membuat saya makin stres adalah mata kuliah tersebut tidak ada ujian ulangnya, tetapi hanya ada pengulangan kelas. Alhasil saya harus dengan berberat hati menerima kenyataan bahwa harus mengulang kelas semester berikutnya.

Dari kasus seperti itu saya sadar bahwa jika ingin mendapatkan hasil yang bagus, kita harus menyukainya terlebih dahulu. Jika kita membencinya hasilnya pun akan jelek dan tidak sesuai seperti yang kita harapkan. Kemudian semester 3 mata kuliah itu muncul lagi yang ke-2 dan dengan dosen yang sama pula, dari situ awalnya saya memang sangat khawatir dan timbul pertanyaan-pertanyaan dalam diri saya seperti “bisa ngga yah gue ga jeblok lagi semester ini?”, “bisa ngga yah UTS sama UAS gue dapet nilai rata-rata aja deh gausa lebih?”, “bisa ngga yah gue suka sama mata kuliah ini?” dan masih banyak lagi pertanyaan lain yang timbul dalam pikiran saya.

Karena banyaknya motivasi, nasihat dan semangat yang datang dari teman-teman saya dan kedua orang tua saya, alhasil saya mengusahakan diri saya agar dapat menyukai mata kuliah itu terlebih dahulu dan kemudian baru saya menyukai dosen yang mengajar mata kuliah itu dan saya berusaha belajar dan memahami mata kuliah tersebut dengan baik. Setelah saya melakukan semuanya, kemudian nilai IP semester 3 keluar dan hal pertama yang saya lihat adalah hasil mata kuliah tersebut, dan ternyata saya mendapatkan hasil yang cukup memuaskan, nilai IP saya juga meningkat pada semester tersebut. 

Walaupun pada semester 6 saya akan mengulang mata kuliah tersebut yang pertama, tetapi disini saya telah mendapatkan hikmahnya, bahwa segala sesuatunya, walaupun itu termasuk hal yang sulit, harus dikerjakan dengan ikhlas dan dengan perasaan senang serta serius tapi santai. Kita tidak boleh men-judge bahwa hal itu menyeramkan, susah, dll, tetapi kita harus berusaha dulu memahaminya, sesudah dipahami kita dengan sendirinya akan  mengetahui tips and trick apa saja agar hal tersebut dapat diselesaikan dengan baik.


II
Kasus Mengenai Stress

Wah... Caleg Ditemukan Gantung Diri

Selasa, 14 April 2009 | 19:51 WIB

BANJAR, KOMPAS.com — Calon anggota legislatif Kota Banjar, Jawa Barat, dari Partai Kebangkitan Bangsa nomor urut delapan, Sri Hayati, ditemukan tewas di sebuah gubuk di tengah sawah. Jenazah Sri ditemukan, Selasa (14/4) sekitar pukul 08.00 di Desa Bangunjaya, Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, atau lebih kurang tujuh kilometer dari rumah mertuanya. Diduga, korban meninggal karena bunuh diri.

Saat ditemukan oleh seorang penyadap nira kelapa, jenazah perempuan yang berusia 23 tahun dan sedang hamil itu tergantung di gubuk dengan jeratan kain kerudung di leher.

Menurut Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Lankaplancar Bripka Adung, pada hari Minggu (12/4) malam, korban keluar rumah tanpa sepengetahuan suami dan mertuanya. Bangun dari tidur, Senin (13/4) dini hari, suami korban, Mastur Maulana Yusuf (24), yang mengetahui istrinya tidak ada segera mencarinya. Namun, hingga esok harinya, Sri Hayati tidak ditemukan.

Akhirnya, mertua Sri melaporkan hilangnya Sri ke Polsek Langkaplancar, Senin sore. Pada Selasa pagi, Sri ditemukan sudah meninggal di sebuah gubuk di tengah sawah.

Segera setelah ditemukan, jenazah korban dibawa ke RSU Kota Banjar untuk diotopsi. Seusai melakukan otopsi, dokter forensik di Instalasi Pemulasaraan Jenazah RSU Kota Banjar, Pardjaman Tojo, mengatakan, dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya tanda-tanda perbuatan kejahatan pada korban. "Ada bekas jeratan di leher dan pendarahan di bagian bawah tubuh korban. Korban sedang hamil, kemungkinan janinnya sudah berusia 4-5 bulan," ujarnya.

Bripka Adung menambahkan, di lokasi kejadian tidak terlihat tanda-tanda kekerasan terhadap korban. Polisi sendiri menduga, tindakan Sri Hayati ada kaitannya dengan pencalonan dirinya dalam pemilu.
Berdasarkan hasil penghitungan sementara perolehan suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Banjar hingga Selasa siang, Sri hanya mendapat tidak lebih dari 10 suara di daerah pemilihan Banjar I yang meliputi Kecamatan Banjar dan Purwaharja.

Keluarga Sri sendiri tidak ada yang bersedia memberikan komentar lebih jauh atas peristiwa yang menimpa Sri.

Meskipun hasil otopsi dan dugaan polisi mengarah pada perbuatan bunuh diri, tidak diketahui apakah motif perbuatan itu terkait pencalonan korban dalam pemilu atau tidak. Ketua Tanfidz Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kota Banjar Zaenal Muttaqien menyatakan belasungkawa atas peristiwa yang dialami Sri Hayati.

Zaenal menolak jika kematian Sri terkait dengan minimnya perolehan suara Sri. Sebabnya, partai tidak menuntut sesuatu hal yang berlebihan kepada caleg dalam pemilu karena mayoritas caleg di dapil I adalah pemula dan secara finansial terbatas.

Bahkan, Sri juga selama masa kampanye terbuka dinilai tidak maksimal berkampanye. "Memang tidak kami arahkan untuk maksimal. Sri hanya simpatisan PKB, bukan fungsionaris atau pengurus partai. Awalnya juga dia diajak dalam pencalegan untuk memenuhi kuota 30 persen perempuan. Waktu diajak pun Sri mengatakan bahwa dirinya hanya ingin belajar berorganisasi, menimba ilmu, dan mencari pengalaman," kata Zaenal.

Sumber:


Pendapat:
Banyak sekali kasus seperti diatas, apalagi bulan ini bulannya pemilu. Menurut pendapat saya calon anggota legislatif semestinya tidak hanya memiliki modal pengetahuan politik sebelum bertarung dalam pemilihan umum legislatif, tetapi mereka juga harus pintar mengelola dana kampanye sekaligus yang paling penting adalah menyiapkan mental. Mereka jangan hanya modal nekat bermimpi, tapi harus check up keuangannya, apakah sehat atau tidak. Dia juga harus menyiapkan dana darurat sehingga pada saat bertarung dia sudah mengalokasikan dana politiknya. Mereka harus siap fisik maupun mental jika ingin mencalonkan diri menjadi wakil rakyat untuk mendapatkan kursi di DPR/DPRD, jika gagal mewujudkan mimpi menjadi anggota parlemen tidak menutup kemungkinan banyak peristiwa yang tidak diharapkan muncul secara tiba-tiba, seperti bunuh diri, terkena stroke mendadak, atau menjadi gila. Kasus seperti ini banyak sekali terjadi di beberapa daerah di Indonesia, yang disebabkan karena mental mereka tidak siap menerima kekalahan. Selain itu, faktor finansial disebut sebagai faktor pendorong terbesar gangguan mental pada caleg. Apalagi, jika caleg terdebut meninggalkan banyak hutang yang sulit mereka tutupi.

Jadi menurut saya jika ingin mengambil keputusan yang sangat besar, kita juga banyak pertimbangan besar yang harus dipikirkan juga secara matang-matang, agar tidak menimbulkan peristiwa yang tidak diharapkan. Dalam kasus ini anggota keluarga memiliki peran dengan menghibur dan menasihati kepada caleg yang gagal terpilih pada sehingga dapat mencegah kemungkinan depresi berat bagi caleg yang bersangkutan, tetapi jika caleg yang gagal itu memiliki mental pertahanan diri yang kuat, maka mereka akan menghadapi kegagalan itu dengan tenang dan tidak sampai pada stres dan depresi, karena sebelumnya sudah terbiasa mendapat tekanan, dan selanjutnya akan memulai perencanaan program baru. Calon anggota legislatif tidak hanya cerdas menerima kemenangan dalam pemilihan legislatif mendatang, tetapi yang terpenting lagi adalah bagaimana caleg juga harus memiliki kecerdasan untuk mau menerima kekalahan dalam pemilu legislatif, jika dalam proses pemilihan nanti terbukti tidak mampu meraih kursi tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar