Tulisan 2
I
Pengalaman
Stress
Pengalaman
stres saya yang paling berkesan untuk saat ini adalah ketika saya kuliah
semester 2. Pada saat itu saya sangat cemas mengetahui hasil IP, karena saya
sadar perjalanan saya pada saat menjelang semester dua tidaklah semulus
semester satu. Semester satu saya memperoleh IP yang sangat memuaskan dan tidak
disangka-sangka, namun selama semester 2 saya semangat saya menjadi menurun. Memang
sewaktu semester dua ada matakuliah yang tidak saya sukai, sehingga itu yang
menyebabkan nilai saya turun drastis, IP saya masih tetap berada diatas
rata-rata, namun sudah turun seperti yang saya tidak duga sebelumnya. Sewaktu
saya melihat hasilnya, ternyata benar dugaan saya hanya dengan mata kuliah itu
saja nilai saya bermasalah, dimata kuliah lainnya nilai saya tetap dan tidak
berubah. Sejujurnya pada saat mengetahui hasil seperti itu saya sangat terkejut
bahkan saya sampai memprotes hasilnya kepada bagian kamus yang mengurusi
permasalahn nilai. Dan yang lebih membuat saya makin stres adalah mata kuliah
tersebut tidak ada ujian ulangnya, tetapi hanya ada pengulangan kelas. Alhasil saya
harus dengan berberat hati menerima kenyataan bahwa harus mengulang kelas semester
berikutnya.
Dari
kasus seperti itu saya sadar bahwa jika ingin mendapatkan hasil yang bagus,
kita harus menyukainya terlebih dahulu. Jika kita membencinya hasilnya pun akan
jelek dan tidak sesuai seperti yang kita harapkan. Kemudian semester 3 mata
kuliah itu muncul lagi yang ke-2 dan dengan dosen yang sama pula, dari situ
awalnya saya memang sangat khawatir dan timbul pertanyaan-pertanyaan dalam diri
saya seperti “bisa ngga yah gue ga jeblok lagi semester ini?”, “bisa ngga yah
UTS sama UAS gue dapet nilai rata-rata aja deh gausa lebih?”, “bisa ngga yah
gue suka sama mata kuliah ini?” dan masih banyak lagi pertanyaan lain yang
timbul dalam pikiran saya.
Karena
banyaknya motivasi, nasihat dan semangat yang datang dari teman-teman saya dan
kedua orang tua saya, alhasil saya mengusahakan diri saya agar dapat menyukai
mata kuliah itu terlebih dahulu dan kemudian baru saya menyukai dosen yang
mengajar mata kuliah itu dan saya berusaha belajar dan memahami mata kuliah
tersebut dengan baik. Setelah saya melakukan semuanya, kemudian nilai IP semester
3 keluar dan hal pertama yang saya lihat adalah hasil mata kuliah tersebut, dan
ternyata saya mendapatkan hasil yang cukup memuaskan, nilai IP saya juga
meningkat pada semester tersebut.
Walaupun
pada semester 6 saya akan mengulang mata kuliah tersebut yang pertama, tetapi
disini saya telah mendapatkan hikmahnya, bahwa segala sesuatunya, walaupun itu
termasuk hal yang sulit, harus dikerjakan dengan ikhlas dan dengan perasaan
senang serta serius tapi santai. Kita tidak boleh men-judge bahwa hal itu menyeramkan, susah, dll, tetapi kita harus
berusaha dulu memahaminya, sesudah dipahami kita dengan sendirinya akan mengetahui tips
and trick apa saja agar hal tersebut dapat diselesaikan dengan baik.
II
Kasus
Mengenai Stress
Wah... Caleg Ditemukan Gantung Diri
Selasa,
14 April 2009 | 19:51 WIB
BANJAR, KOMPAS.com — Calon
anggota legislatif Kota Banjar, Jawa Barat, dari Partai Kebangkitan Bangsa
nomor urut delapan, Sri Hayati, ditemukan tewas di sebuah gubuk di tengah
sawah. Jenazah Sri ditemukan, Selasa (14/4) sekitar pukul 08.00 di Desa
Bangunjaya, Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, atau lebih
kurang tujuh kilometer dari rumah mertuanya. Diduga, korban meninggal karena
bunuh diri.
Saat ditemukan oleh seorang
penyadap nira kelapa, jenazah perempuan yang berusia 23 tahun dan sedang hamil
itu tergantung di gubuk dengan jeratan kain kerudung di leher.
Menurut Kepala Unit Reserse
Kriminal Polsek Lankaplancar Bripka Adung, pada hari Minggu (12/4) malam,
korban keluar rumah tanpa sepengetahuan suami dan mertuanya. Bangun dari tidur,
Senin (13/4) dini hari, suami korban, Mastur Maulana Yusuf (24), yang
mengetahui istrinya tidak ada segera mencarinya. Namun, hingga esok harinya,
Sri Hayati tidak ditemukan.
Akhirnya, mertua Sri
melaporkan hilangnya Sri ke Polsek Langkaplancar, Senin sore. Pada Selasa pagi,
Sri ditemukan sudah meninggal di sebuah gubuk di tengah sawah.
Segera setelah ditemukan,
jenazah korban dibawa ke RSU Kota Banjar untuk diotopsi. Seusai melakukan
otopsi, dokter forensik di Instalasi Pemulasaraan Jenazah RSU Kota Banjar,
Pardjaman Tojo, mengatakan, dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya
tanda-tanda perbuatan kejahatan pada korban. "Ada bekas jeratan di leher
dan pendarahan di bagian bawah tubuh korban. Korban sedang hamil, kemungkinan janinnya
sudah berusia 4-5 bulan," ujarnya.
Bripka Adung menambahkan, di
lokasi kejadian tidak terlihat tanda-tanda kekerasan terhadap korban. Polisi
sendiri menduga, tindakan Sri Hayati ada kaitannya dengan pencalonan dirinya
dalam pemilu.
Berdasarkan hasil penghitungan
sementara perolehan suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Banjar hingga Selasa
siang, Sri hanya mendapat tidak lebih dari 10 suara di daerah pemilihan Banjar
I yang meliputi Kecamatan Banjar dan Purwaharja.
Keluarga Sri sendiri tidak
ada yang bersedia memberikan komentar lebih jauh atas peristiwa yang menimpa
Sri.
Meskipun hasil otopsi dan
dugaan polisi mengarah pada perbuatan bunuh diri, tidak diketahui apakah motif
perbuatan itu terkait pencalonan korban dalam pemilu atau tidak. Ketua Tanfidz
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kota Banjar Zaenal Muttaqien menyatakan
belasungkawa atas peristiwa yang dialami Sri Hayati.
Zaenal menolak jika kematian
Sri terkait dengan minimnya perolehan suara Sri. Sebabnya, partai tidak
menuntut sesuatu hal yang berlebihan kepada caleg dalam pemilu karena mayoritas
caleg di dapil I adalah pemula dan secara finansial terbatas.
Bahkan,
Sri juga selama masa kampanye terbuka dinilai tidak maksimal berkampanye.
"Memang tidak kami arahkan untuk maksimal. Sri hanya simpatisan PKB, bukan
fungsionaris atau pengurus partai. Awalnya juga dia diajak dalam pencalegan
untuk memenuhi kuota 30 persen perempuan. Waktu diajak pun Sri mengatakan bahwa
dirinya hanya ingin belajar berorganisasi, menimba ilmu, dan mencari pengalaman,"
kata Zaenal.
Sumber:
Pendapat:
Banyak
sekali kasus seperti diatas, apalagi bulan ini bulannya pemilu. Menurut pendapat
saya calon anggota legislatif semestinya tidak hanya memiliki modal pengetahuan
politik sebelum bertarung dalam pemilihan umum legislatif, tetapi mereka juga
harus pintar mengelola dana kampanye sekaligus yang paling penting adalah menyiapkan
mental. Mereka jangan hanya modal nekat bermimpi, tapi harus check up keuangannya,
apakah sehat atau tidak. Dia juga harus menyiapkan dana darurat sehingga pada
saat bertarung dia sudah mengalokasikan dana politiknya. Mereka harus siap
fisik maupun mental jika ingin mencalonkan diri menjadi wakil rakyat untuk
mendapatkan kursi di DPR/DPRD, jika gagal mewujudkan mimpi menjadi anggota
parlemen tidak menutup kemungkinan banyak peristiwa yang tidak diharapkan
muncul secara tiba-tiba, seperti bunuh diri, terkena stroke mendadak, atau
menjadi gila. Kasus seperti ini banyak sekali terjadi di beberapa daerah di
Indonesia, yang disebabkan karena mental mereka tidak siap menerima kekalahan.
Selain itu, faktor finansial disebut sebagai faktor pendorong terbesar gangguan
mental pada caleg. Apalagi, jika caleg terdebut meninggalkan banyak hutang yang
sulit mereka tutupi.
Jadi
menurut saya jika ingin mengambil keputusan yang sangat besar, kita juga banyak
pertimbangan besar yang harus dipikirkan juga secara matang-matang, agar tidak
menimbulkan peristiwa yang tidak diharapkan. Dalam kasus ini anggota keluarga
memiliki peran dengan menghibur dan menasihati kepada caleg yang gagal terpilih
pada sehingga dapat mencegah kemungkinan depresi berat bagi caleg yang
bersangkutan, tetapi jika caleg yang gagal itu memiliki mental pertahanan diri
yang kuat, maka mereka akan menghadapi kegagalan itu dengan tenang dan tidak
sampai pada stres dan depresi, karena sebelumnya sudah terbiasa mendapat
tekanan, dan selanjutnya akan memulai perencanaan program baru. Calon anggota
legislatif tidak hanya cerdas menerima kemenangan dalam pemilihan legislatif
mendatang, tetapi yang terpenting lagi adalah bagaimana caleg juga harus
memiliki kecerdasan untuk mau menerima kekalahan dalam pemilu legislatif, jika
dalam proses pemilihan nanti terbukti tidak mampu meraih kursi tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar