Sabtu, 09 Mei 2015

Tugas 2

TERAPI KELUARGA (FAMILY THERAPY)


1.         Pengertian terapi keluarga
Family  therapy  merupakan  terminologi  yang  mengacu  pada  metode  yang  dilakukan  pada  keluarga  dengan  berbagai  kesulitan  biopsikososial. Family therapy mulai  berkembang diawal  tahun  1950-an,  merupakan pendekatan psikoteraputik yang fleksibel dan  dapat  diaplikasikan  pada  masalah-masalah yang  berfokus  pada  anak  dan orang  dewasa. Terapi keluarga adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang, memahami perilaku, perkembangan simtom dan cara pemecahannya. Terapi keluarga dapat dilakukan sesama anggota keluarga dan tidak memerlukan orang lain, terapis keluarga mengusahakan supaya keadaan dapat menyesuaikan, terutama pada saat antara yang satu dengan yang lain berbeda
Dasar  utama  family therapy  adalah  bahwa  masalah  yang dihadapi individu secara esensial bersifat interpersonal, bukan  intrapersonal, sehingga  resolusinya  menghendaki intervensi  yang  diarahkan pada hubungan  antar  individu. Hubungan antar individu  dalam  keluarga  menjadi fokus  intervensi  karena  memiliki signifikansi besar  daripada  bentuk hubungan  lain  dalam  jaringan  sosial. Tujuan  utama  family  therapy  adalah memfasilitasi  resolusi  masalah dan mendukung  pengembangan  keluarga yang  sehat dengan  fokus  utama  pada hubungan  antara  individu  dengan masalah  serta  anggota  signifikan dari keluarga dan jaringan sosialnya. Tujuan lainnya adalah untuk mengerti dan menangani penderita gangguan mental. Kemudian konseling keluarga tidak hanya berguna untuk menangani individu dalam konteks keluarga, tetapi juga keluarga yang tidak berfungsi baik


2.         Cara melakukan terapi keluarga
1.    Initial interview
·      Terapis membuat kontrak pertemuan dengan keluarga dan mengumpulkan data.
·      Selama tahap ini terapis memfasilitasi proses penentuan masalah yang diidentifikasi oleh keluarga.
·      Proses ini meliputi :
a. Engagement stage : pertemuan keluarga dan menjelaskan apa yang mereka inginkan
b.    Assessment stage : identifikasi masalah yang menjadi perhatian keluarga
c.  Exploration stage : terapis dan keluarga mengeksplorasi masalah lain yang berkaitan dengan masalah utama
d.  Goal-setting stage : terapis mensistesis semua informasi, dan anggota keluarga menetapkan apa yang ingin mereka ubah
e. Termination stage : akhir fase initial review, menetapkan kontrak untuk pertemuan berikutnya dan siapa saja anggota keluarga yang harus hadir dalam pertemuan tersebut.
2.    Fase Kerja
·     Tujuan dari fase ini adalah untuk membantu keluarga menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan.
·  Selama fase ini terapis mengidentifikasi kekuatan dan permasalahan keluarga. Kekuatan keluarga berguna dalam membantu keluarga untuk tetap stabil
·      Biasanya setiap sesi dilakukan 1xseminggu dengan waktu lebih kurang  1 jam.
3.    Fase Terminasi
·   Kadang terminasi dapat terjadi sebelum waktunya. Hal ini biasanya terjadi jika keluarga merasa perubahan yang terjadi mengancam fungsi keluarga yang sudah ada.
·      Pada keadaan ini terapis harus melakukan review masalah yang telah teridentifikasi dengan keluarga dan menegoisasikan kembali kontrak dan jumlah sesi-sesi keluarga.
·  Jika keluarga sudah mencapai tujuan dan masalah sudah terselesaikan, maka terminasi harus dilakukan


3.      Manfaat terapi keluarga
Manfaat secara umum:
1.    Membantu anggota keluarga untuk belajar dan secara emosional menghargai bahwa dinamika kelurga saling bertautan di antara anggota keluarga.
2.    Membantu anggota keluarga agar sadar akan kenyataan bila anggota keluarga mengalami problem, maka ini mungkin merupakan dampak dari satu atau lebih persepsi, harapan, dan interaksi dari anggota keluarga lainnya.
3.    Bertindak terus menerus dalam konseling/terapi sampai dengan keseimbangan homeostasis dapat tercapai, yang akan menumbuhkan dan meningkatkan keutuhan keluarga.
4.    Mengembangkan apresiasi keluarga terhadap dampak relasi parental terhadap anggota keluarga (Perez, 1979).

Manfaat secara khusus:
1.    Membuat semua anggota keluarga dapat mentoleransikan cara atau perilaku yang unik (idiosyncratic) dari setiap anggota keluarga.
2.    Menambah toleransi setiap anggota keluarga terhadap frustrasi, ketika terjadi konflik dan kekecewaan, baik yang dialami bersama keluarga atau tidak bersama keluarga.
3.    Meningkatkan motivasi setiap anggota keluarga agar mendukung, membesarkan hati, dan mengembangkan anggota lainnya.
4.    Membantu mencapai persepsi parental yang realistis dan sesuai dengan persepsi anggota keluarga (Perez, 1979).


4.      Kasus-kasus yang diselesaikan dalam terapi keluarga
a.    Ibu yang overprotektif atau ayah yang “jauh” (bekerja, alkohol, gangguan fisik)
b.    Ayah atau ibu yang “super”, atau pasif, tergantung, pasangan yang selalu mengalah
c.    Perkawinan yang tidak harmonis
d.   Anak yang menunjukkan perilaku akibat hubungan kelompok yang tidak baik di sekolah, sibling
e.    Beban berat antara 3 generasi, kakek-nenek, orang tua, cucu
f.     Keluarga dengan salah satu anggota merupakan pengguna obat terlarang
g.    Kekerasan fisik, emosional atau seksual oleh salah satu anggota keluarga
h.    Anak merupakan korban dari konflik perkawinan


5.      Cari dan rangkum satu contoh yang menggambarkan terapi keluarga.
Seorang anak mungkin merasa bersaing dengan saudara-saudaranya yang lain untuk mendapat perhatian dari orang tua dan mengembangkan enuresis (mengompol) sebagai satu-satunya cara untuk mendapat perhatian. Family therapy akan membantu keluarga mengeluarkan “pesan yang tersembunyi” yang terkandung dalam tingkah laku anak tersebut menjadi pesan yang terbuka, dan membantu keluarga mengadakan perubahan dalam hubungan-hubungan mereka untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak tersebut dengan lebih tepat. Dengan berbuat demikian, terapis akan memperlihatkan kepada keluarga bagaimana anggota keluarga yang mengalami masalah tertentu telah digunakan sebagai fokus untuk masalah keluarga sebagai suatu keseluruhan.


Referensi:
Sawitri, R.D. (2009). Postmodernisme dan Family Therapy Berbasis Belief System dan Narratives. Jurnal Psikologi Undip, 5, 1

Almasitoh, H.U. (2012). Model Terapi Dalam Keluarga. Magistra, 80
Shives, L.R. (1998). Basic concept psychiatric – mental health nursing. (4th ed). Philadelphia: Lippincolt.

Howard, A.L, dkk, 2001. Family Psychology. Science based intervention, APA: Washington DC.

Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius



Tidak ada komentar:

Posting Komentar