Selasa, 27 Januari 2015

Tugas 3: Konflik Dalam Proses Manajemen

I.                   Peranan Konflik Dalam Mengembangkan Manajemen di Perusahaan

Munculnya konflik dalam suatu perusahaan atau instansi bukanlah suatu hal yang datang secara kebetulan atau tanpa sengaja, konflik muncul melalui sebuah proses yang sering dikaitkan dengan banyak hal. Misalnya saja konfilk yang terjadi di dalam perusahaan jasa layanan komunikasi. Dalam menjalankan rencana manajemennya perusahaan tersebut tidaklah selalu berjalan mulus. Konflik yang sering terjadi biasanya adalah karena masalah komunikasi yang kurang baik baik antar individu atau kelompok, terjadi miss communication antara atasan dengan bawahan yang menimbulkan dampak lebih besar terhadap kinerja seperti mogok kerja bahkan demo, konflik lain yang sering terjadi antar karyawan misalnya seperti tersinggung karena ejekan, masalah ide layanan terbaru untuk mempermudah konsumen yang dicuri oleh karyawan lain, dan senioritas antar bagian teknikis, masalah lain yang sering timbul adalah karena lingkungan yang kurang kondusif di suatu perusahaan misalnya, kondisi cahaya yang kurang, atau sirkulasi yang kurang baik, dan temperature ruangan yang tinggi sangat mungkin untuk meningkatkan emosi seseorang. Dari berbagai konflik yang terjadi di dalam perusahaan penyedia layanan jasa komunikasi tersebut dapat menimbulkan beberapa peranan yang yang sangat penting untuk keberlangsungan perusahaan terutama dalam kemajuan dan perkembangan manajemen perusahaan itu sendiri, antara lain adalah membuat organisasi tetap hidup dan harmonis dari konflik yang terjadi dapat membangun interaksi yang lebih baik lagi dan saling mengenal lagi sesama karyawan satu sama lain, melakukan adapatasi sehingga dapat terjadi perubahan dan perbaikan dalam sistem dan prosedur, mekanisme, program bahkan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan bersama, dapat memunculkan keputusan-keputusan bijaksana yang bersifat kreatif dan inovatif karena belajar dari perbedaan pendapat sebelumnya yang telah terjadi, sesama karyawan juga dapat belajar menghilangkan egoisme masing-masing dalam masalah status, sehingga tidak menjadikan senioritas sebagai suatu acuan untuk berbuat semena-mena, atasan dan bawahan juga dapat menjalin dan membangun komunikasi dua arah menjadi lancar dan harmonis, misalnya dengan membuat rapat rutin, karena dengan komunikasi yang dua arah dan intens akan mengurangi masalah di lapangan. Maka dalam hal ini dapat meminimalisir masalah yang akan timbul, kerena dengan suasanya yang harmonis dan akrab maka masalah akan sulit untuk muncul.

Contoh Kasus:
Konflik Ketenagakerjaan

Rangkuman Keadaan
Ada sekitar 2,8 juta pekerja industri melakukan demonstrasi di 21 kota Indonesia, termasuk kota-kota besar seperti di Tangerang, Bogor, Jakarta, Surabaya. Mereka melayangkan tuntutan kepada negara, tuntutan mendasar para pekerja dalam demonstrasi massal tersebut adalah penghapusan sistem outsourcing, selain isu-isu perbaikan upah dan kesejahteraan. Sistem outsourcing dalam industri nasional merupakan isu yang menciptakan protracted conflict (konflik berkepanjangan). Serangkaian konsekuensi buruk dari konflik berkepanjangan itu bisa mengancam Indonesia, di antaranya iklim investasi memburuk, larinya modal ke luar negeri, dan produktivitas ekonomi nasional melambat. Berhadapan dengan rangkaian konsekuensi ini, seluruh stakeholder terkait bertanggung jawab melakukan transformasi konstruktif untuk keluar dari masalah konflik berkepanjangan di dunia industri nasional.

Penyelesaian Kasus
Sistem kerja outsourcing atau yang biasa disebut sebagai pegawai kontrak dalam suatu perusahaan memiliki kelengkapan peraturan serta kebijakan operasional tersendiri berdasarkan hukum di Indonesia, apabila sistem outsourcing dianggap menyebabkan konflik yang berkepanjangan menurut sepihak, maka akan dapat mengeksploitasi pekerja kalangan bawah karena para pekerja tidak akan memiliki kesejahteraan dan haknya karena akibat dari risiko PHK sepihak tanpa pesangon yang bisa terjadi kapanpun. Oleh sebab itu pemerintah, baik eksekutif maupun legislatif, perlu memulai langkah terbuka dan responsif dengan melakukan pembenahan terhadap sistem ketenagakerjaan. Termasuk di dalamnya penguatan mekanisme pengawasan dan sanksi terhadap perusahaan yang melanggar hukum, setelah semuanya terbenahi dengan baik maka kesejahteraan para pekerja outsourcing akan terjamin dan dapat terlindungi berdasarkan hukum kelembagaan ketenagaerjaan itu sendiri.


II.               Peranan Kepemimpinan Untuk Mengatasi Konflik Dalam Sebuah Perusahaan

Kepemimpinan merupakan faktor terpenting dalam suatu organisasi, Tindakan pemimpin akan mempengaruhi gerak suatu organisasi. Pemimpin yang dapat memerankan fungsi secara maksimal dan dapat mencapai tujuan tertentu yang disepakati dapat dikatakan sebagai kepemimpinan yang efektif. Dalam kehidupan organisasi yang didalamnya melibatkan berbagai pola interaksi antar manusia, baik secara individual maupun kelompok, masalah konflik merupakan fakta yang tidak dapat dihindarkan. Dan konflik itu sendiri merupakan proses dinamis yang dapat dilihat, diuraikan dan dianalisa. Oleh karna itu, konflik sebagai suatu proses sangat menarik dalam dunia manajemen. Konflik yang sering muncul dalam aktivitas sebuah perusahaan adalah konflik struktural dan konflik fungsi kerja.
Konflik struktural merupakan konflik yang berkaitan erat dengan hirarki jabatan pekerjaan. Misalnya saja konflik yang terjadi antara pihak manajemen dengan karyawan pada perusahaan retail barang-barang kebutuhan rumah tangga, karyawan sering mengeluh terhadap prosedur serta ketetapan dari perusahaan yang dianggapnya tidak memperhatikan kondisi fisik serta mental para karyawan seperti tekanan waktu bekerja yang berlebihan, kebijakan perusahaan yang aneh-aneh dan tidak masuk akal, upah yang tidak sepadan dengan kinerja serta beban pekerjaan yang diberikan tidak seimbang. Dalam kasus seperti itu peranan pimpinan sangatlah penting dan diutamakan untuk menciptakan suasana kerja yang harmonis dan sepadan, misalnya pimpinan harus mampu membentuk manajemen konflik yang berorientasi ada kebutuhan, keinginan serta kesepadanan para pekerja namun dengan memperhatikan situasi dan prosedur yang berlaku juga, usahakan agar membentuk pendekatan yang mengarahkan pada bentuk komunikasi efektif terbuka antara pihak manajemen dan karyawan sehingga dapat terbentuk suatu kepercayaan satu sama lain serta kesepakatan bersama yng lebih baik. Pimpinan juga bisa mengambil langkah tepat seperti melakukan pendekatan birokratis, yaitu pendekatan digunakan untuk mengatasi konflik yang terjadi karena persoalan-persoalan hierarki baik vertikal, horizontal, strategi untuk mengatasi konflik seperti ini ialah mengganti aturan-aturan birokrasi yang impersonal dengan cara-cara kontrol yang personal dan bisa menyesuaikan dengan keadaan masing-masing karyawan.
Konflik kedua yang sering muncul adalah konflik fungsi kerja dimana antar departemen memiliki pemahaman yang berbeda untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Misalnya saja konflik yang terjadi antara departemen HRD atau personalia dengan departemen keuangan, departemen keuangan pada umumnya ingin mendapatkan karyawan yang cekatan mengenai keuangan, pandai dalam mengurus pemasukan dan pengeluaran perusahaan dan tidak berpikir lambat, tetapi departemen HRD menyeleksi calon karyawan yang kurang memenuhi target dari departemen keuangan dan departemen HRD dianggap sama sekali tidak memberikan personil yang sesuai untuk dapat meningkatkan daya kerja dari departemen keuangan. Maka dari itu hal yang dapat dilakukan oleh pimpinan adalah membangun komunikasi yang lebih cerdas dan menjadi pendengar yang aktif dalam setiap keputusan yang akan ditetapkan, karena dengan menjalin komunikasi yang baik dapat menciptakan kondisi yang harmonis antar departemen walaupun berbeda jabatan, pekerjaan dan bidang yang digeluti, dengan mendengarkan secara aktif dapat memunculkan pemahaman yang benar sesuai dengan keinginan dari pihak-pihak tertentu. Pimpinan juga bisa mengambil langkah lain seperti melakukan pendekatan sistem dimana pendekatan ini menekankan pada kesulitan dalam mengatasi persoalan-persoalan koordinasi, pimpinan dapat mengurangi perbedaan-perbedaan atau ketidakcocokan antar departemen dan memperbaikin prosedur serta kebijakan kerja yang telah ada atau dengan melakukan seleksi yang tepat dan akurat pada calon karyawan baru, cara yang efektif lainnya adalam pimpinan berperan khusus dalam mengurangi ketergantungan fungsional antara beberapa satuan organisasi, dengan cara mengurangi tekanan-tekanan dan bermusyawarah, atau dengan mengendorkan beberapa skedul.
Jadi, peranan pimpinan dalam suatu organisasi adalah menciptakan rasa aman, dengan terciptanya rasa aman bawahan dalam melaksanakan tugas-tugasnya merasa tidak tertanggu, bebas dari segala perasaan gelisah, kekhawatiran, bahkan merasa memperoleh jaminan keamanan dari pimpinan. Dan bagaimana seorang pemimpin itu harus berperilaku terhadap konflik, perlu berorientasi kembali kepada berbagai teori kepemimpinan yang ada.

Contoh Kasus:

Studi Kasus: Menurunnya Tingkat Kehadiran Pegawai PLN Cabang Kabupaten Mendung Kelabu

Rangkuman Keadaan
Masalah yang terjadi adalah masalah tentang ketidakhadiran pegawai di Perusahaan PLN Cabang Kabupaten Mendung Kelabu. Ketidakhadiran pegawai kurang lebih 26% sering terjadi pada hari Senin dan Jumat, belum diketahui apa yang menyebabkan para karyawan PLN ini malas untuk berangkat bekerja. Basuki selaku Kabag Kepegawaian telah memberikan usulan mengenai solusi untuk menangani masalah ini yang telah disetujui dan juga dilaksanakan oleh Badjuri selaku Kepala Cabang PLN. Solusi yang diajukan oleh Basuki adalah dengan memberikan undian yang akan ditarik setiap seminggu, karyawan yang memenangkan undian akan mendapatkan voucher berupa uang, untuk pegawai yang tidak pernah absen. Namun, hal ini menyebabkan masalah baru yaitu beberapa pegawai datang ke kantor tetapi tidak tahu harus melakukan pekerjaan apa, dan ada beberapa pegawai yang sakit tetap memaksakan masuk bekerja. Hal ini tentu saja akan menambah banyak masalah baru, diantaranya akan bertambahnya jumlah pengangguran karyawan, menurunnya kinerja karyawan dan tentunya akan ada fasilitas kantor yang digunakan tidak sebagaimana fungsinya.

Penyelesaian Kasusnya
Hal yang paling mendasar untuk bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik yaitu dengan dilihat dari diri pemimpin di perusahaan tersebut, apakah dia mampu membangun suasana kerja yang harmonis di dalam perusahaan. Solusi yang hendaknya dilakukan oleh pimpinan adalah menindak lanjuti masalah dengan mencari atau melakukan observasi apa yang menyebabkan  para karyawan malas untuk masuk kerja, pimpinan juga harus mampu membangun suasana lingkungan kerja yang lebih harmonis dan kondusif, memberikan reward bukan hanya berupa uang tetapi berupa motivasi dan perhatian, hal ini terutama harus dilakukan oleh atasan, pimpinan juga hendaknya memberikan tambahan gaji atau tunjangan dengan syarat melihat kepada kenaikan kinerja setiap karyawan secara berkala atau bertahap. Dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan karyawan memang perlu dilakukan tindakan secara bertahap dengan mencari apa yang menyebabkan karyawan berubah. Pemimpin mempunyai andil yang sangat besar dalam hal yang berkaitan dengan karyawan, karena hal itu dapat menggambarkan bagaimana pemimpin mengelola suatu organisasi.


III.           Praktek Dehumanisasi yang Sering Muncul Dalam Manajemen

Praktek dehumanisasi banyak dan sering terjadi di Indonesia khususnya pada kaum buruh, tidak hanya buruh yang bekerja di Indonesia sendiri namun buruh yang bekerja di luar negeri seperti Malaysia, Hongkong, Jepang, Singapura yang banyak menjadi korban praktek dehumanisasi dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Sistem manajemen yang buruk dapat menjadi pemicu adanya praktek dehumanisasi. Seperti kurangnya pengawasan pada sistem tenaga kerja. Praktek dehumanisasi bisa juga terjadi di perusahan-perusahaan, dimana karyawannya diberlakukan secara tidak adil atas hasil kerja mereka, misalnya seperti perlakuan kesewenangan dengan cara pemotongan gaji ataupun pemecatan karyawan tanpa adanya pertimbangan. Praktek dehumanisasi sudah sangat meresahkan karena pengusaha sudah tidak menghargai manusia sebagai selayaknya manusia. Menurut Nick Haslam (dalam Nugroho, 2011) pada intinya dehumanisasi adalah penyangkalan terhadap esensi manusia. Haslam mengklasifikasikan dua bentuk dehumanisasi, yang pertama adalah penyangkalan terhadap atribut-atribut yang khas manusiawi yang menyebabkan satu pihak memandang dan memperlakukan manusia seolah-olah binatang, dan yang kedua adalah penyangkalan terhadap kodrat manusiawi yang membuat satu pihak memandang dan memperlakukan manusia lain seperti objek atau mesin. Perlakuan seperti ini tentunya tidak bisa dibiarkan terus terjadi karena setiap manusia memiliki hak asasi manusia yang sama.

Contoh Kasus:

1.      Contoh Kasus Pertama
Pabrik China Perbudak Orang Cacat Mental

Sebuah pabrik China diduga telah memperbudak 11 orang pekerja, kebanyakan cacat mental, selama bertahun-tahun dalam kondisi yang sangat menyedihkan. Kasus tersebut, yang merupakan bentuk  penyalahgunaan tenaga kerja di negara yang luas itu. Ke-11 orang itu bekerja di sebuah pabrik bahan bangunan di Xinjiang barat dengan jam kerja yang panjang, mengalami pemukulan secara reguler, dan diberi makanan yang layak untuk anjing, lapor Beijing News. Mereka bekerja di sebuah pabrik bernama Jiaersi Green Construction Material Chemical Factory dan tak satu pun dari mereka yang dibayar, kata laporan itu. Beberapa dari mereka telah bekerja selama empat tahun. Para pekerja yang mencoba untuk melarikan diri dipukuli secara rutin. Para pekerja dikontrak untuk bekerja di pabrik tersebut oleh sebuah lembaga bantuan yang tidak terdaftar bagi penyandang cacat yang berbasis di Provinsi Sichuan di barat daya negara itu, kata Beijing News. Karena pemilik pabrik itu mengaku telah membayar ke agen itu sebesar 9.000 yuan (1.350 dollar AS) untuk pengiriman lima orang dari para pekerja itu serta tambahan 300 yuan per pekerja per bulan.
Pelanggaran:
Pelanggaran yang terjadi pada praktek dehumanisasi ini adalah diskriminasi. Diskriminasi adalah penerapan tindakan kepada seseorang yang sifatnya tidak adil, sehingga memunculkan perlakuan yang berbeda pada diri pekerja meskipun dalam suatu lingkup variabel kerja yang sama. Tindakan diskriminasi yang dilakukan oleh pemilik pabrik di China tersebut adalah melakukan penyalahgunaan terhadap tenaga kerja dengan mendiskriminasi kaum atau orang cacat untuk diperbudak selama bertahun-tahun dengan kondisi yang sangat memprihatinkan dan menyedihkan. Pemilik memperbudak orang cacat dan diperlakukan secara tidak wajar dengan memberi aturan jam kerja yang panjang, mengalami pemukulan secara reguler, dan diberi makanan yang layak untuk anjing.

2.      Contoh Kasus Kedua
Pengusaha Dealer Mobil yang Mengultimatum Para Pekerja

Ada sebuah grup dealer mobil yang bernama Mobil Millenium Sejahtera  yang memiliki 7 cabang yang tersebar di kota Jawa Timur. Dari 7 cabang yang tersebar, hanya cabang yang dipimpin oleh Decky Anshori lah yang memiliki prestasi mengagumkan dan menjadi cabang dengan omset tertinggi diantara cabang lainnya. Prestasi yang dicapai di cabang ini dengan jumlah tenaga penjual yang paling sedikit diantara cabang lainnya tetntu menimbulkan kecurigaan baru orang luar. Berbagai tekanan biasa diberikan oleh pemilik kepada tenaga penjualnya, Pak Decky tak jarang memaksa mereka untuk lembur hingga pukul 22.00 setiap harinya demi mengejar omset penjualan yang melampaui. Seringkali dengan nada mengancam, pemilik mengultimatum tenaga penjualnya untuk menjual mobil dengan jumlah tertentu sesuai dengan targetnya dan dalam kurun waktu yang singkat. Apabila tidak tercapai maka sumpah serapah sudah siap menanti mereka, bahkan pemilik juga tak segan mengeluarkan siapa saja yang menurutnya tidak produktif dan kompeten.
Pelanggaran:
Pelanggaran yang terjadi pada praktek dehumanisasi ini adalah agresi. Agresi adalah tindakan yang muncul secara sengaja dan tidak sengaja untuk menyerang orang lain, sebagai reaksi balasan atas tindakan yang orang lain tampilkan dalam bentuk agresi kata-kata dan agresi tindakan fisik. Tindakan agresi yang dilakukan Pak Decky dengan cara memaksa tenaga penjual lembur hingga harus menjual sejumlah mobil  yang telah ditentukan dalam waktu singkat jika tidak akan diberikan agresi kata-kata, tindakan tersebut memberikan pengaruh langsung atas hadirnya ketidaknyamanan dalam menjalankan pekerjaan.


Sumber Referensi:
http://economy.okezone.com/read/2012/10/06/279/700034/konflik-ketenagakerjaan

http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2014/06/06/studi-kasus-menurunnya-tingkat-kehadiran-pegawai-pln-cabang-kabupaten-mendung-kelabu-660156.html

http://internasional.kompas.com/read/2010/12/14/18190861/Pabrik.China.Perbudak.Orang.Cacat.Mental

http://www.slideshare.net/DANIEL_DONI/kumpulan-kasus-human-resources-management-by-daniel-doni-sundjojo

Nugroho, E. C., (2011). Menghargai Modus-Modus Esensial Manusia Sebagai Upaya Mengatasi Problem Dehumanisasi di Indonesia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar