TERAPI KELUARGA (FAMILY
THERAPY)
1.
Pengertian terapi keluarga
Family therapy merupakan
terminologi yang mengacu
pada metode yang
dilakukan pada keluarga
dengan berbagai kesulitan
biopsikososial. Family therapy mulai berkembang diawal tahun
1950-an, merupakan pendekatan
psikoteraputik yang fleksibel dan
dapat diaplikasikan pada
masalah-masalah yang berfokus pada
anak dan orang dewasa. Terapi keluarga adalah cara baru
untuk mengetahui permasalahan seseorang, memahami perilaku, perkembangan simtom
dan cara pemecahannya. Terapi keluarga dapat dilakukan sesama anggota keluarga
dan tidak memerlukan orang lain, terapis keluarga mengusahakan supaya keadaan
dapat menyesuaikan, terutama pada saat antara yang satu dengan yang lain
berbeda
Dasar utama family
therapy adalah bahwa
masalah yang dihadapi individu
secara esensial bersifat interpersonal, bukan
intrapersonal, sehingga
resolusinya menghendaki
intervensi yang diarahkan pada hubungan antar
individu. Hubungan antar individu
dalam keluarga menjadi fokus
intervensi karena memiliki signifikansi besar daripada
bentuk hubungan lain dalam
jaringan sosial. Tujuan utama family therapy
adalah memfasilitasi
resolusi masalah dan mendukung pengembangan
keluarga yang sehat dengan fokus
utama pada hubungan antara
individu dengan masalah serta
anggota signifikan dari keluarga
dan jaringan sosialnya. Tujuan lainnya adalah untuk mengerti dan menangani
penderita gangguan mental. Kemudian konseling keluarga tidak hanya berguna
untuk menangani individu dalam konteks keluarga, tetapi juga keluarga yang
tidak berfungsi baik
2.
Cara melakukan terapi keluarga
1.
Initial interview
· Terapis membuat kontrak pertemuan dengan keluarga dan
mengumpulkan data.
· Selama tahap ini terapis memfasilitasi proses
penentuan masalah yang diidentifikasi oleh keluarga.
· Proses ini meliputi :
a. Engagement stage : pertemuan keluarga dan menjelaskan
apa yang mereka inginkan
b. Assessment stage : identifikasi masalah yang menjadi
perhatian keluarga
c. Exploration stage : terapis dan keluarga
mengeksplorasi masalah lain yang berkaitan dengan masalah utama
d. Goal-setting stage : terapis mensistesis semua
informasi, dan anggota keluarga menetapkan apa yang ingin mereka ubah
e. Termination stage : akhir fase initial review,
menetapkan kontrak untuk pertemuan berikutnya dan siapa saja anggota keluarga
yang harus hadir dalam pertemuan tersebut.
2.
Fase
Kerja
· Tujuan dari fase ini adalah untuk membantu keluarga
menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan.
· Selama fase ini terapis mengidentifikasi kekuatan dan
permasalahan keluarga. Kekuatan keluarga berguna dalam membantu keluarga untuk
tetap stabil
· Biasanya setiap sesi dilakukan 1xseminggu dengan waktu
lebih kurang 1 jam.
3.
Fase
Terminasi
· Kadang terminasi dapat terjadi sebelum waktunya. Hal
ini biasanya terjadi jika keluarga merasa perubahan yang terjadi mengancam
fungsi keluarga yang sudah ada.
· Pada keadaan ini terapis harus melakukan review
masalah yang telah teridentifikasi dengan keluarga dan menegoisasikan kembali
kontrak dan jumlah sesi-sesi keluarga.
· Jika keluarga sudah mencapai tujuan dan masalah sudah
terselesaikan, maka terminasi harus dilakukan
3.
Manfaat terapi keluarga
Manfaat secara umum:
1. Membantu anggota keluarga untuk
belajar dan secara emosional menghargai bahwa dinamika kelurga saling bertautan
di antara anggota keluarga.
2. Membantu anggota keluarga agar sadar
akan kenyataan bila anggota keluarga mengalami problem, maka ini mungkin
merupakan dampak dari satu atau lebih persepsi, harapan, dan interaksi dari
anggota keluarga lainnya.
3. Bertindak terus menerus dalam
konseling/terapi sampai dengan keseimbangan homeostasis dapat tercapai, yang
akan menumbuhkan dan meningkatkan keutuhan keluarga.
4. Mengembangkan apresiasi keluarga
terhadap dampak relasi parental terhadap anggota keluarga (Perez, 1979).
Manfaat secara
khusus:
1. Membuat semua anggota keluarga dapat
mentoleransikan cara atau perilaku yang unik (idiosyncratic) dari setiap
anggota keluarga.
2. Menambah toleransi setiap anggota
keluarga terhadap frustrasi, ketika terjadi konflik dan kekecewaan, baik yang
dialami bersama keluarga atau tidak bersama keluarga.
3. Meningkatkan motivasi setiap anggota
keluarga agar mendukung, membesarkan hati, dan mengembangkan anggota lainnya.
4. Membantu mencapai persepsi parental
yang realistis dan sesuai dengan persepsi anggota keluarga (Perez, 1979).
4.
Kasus-kasus yang diselesaikan dalam terapi keluarga
a. Ibu yang overprotektif atau ayah
yang “jauh” (bekerja, alkohol, gangguan fisik)
b. Ayah atau ibu yang “super”, atau
pasif, tergantung, pasangan yang selalu mengalah
c. Perkawinan yang tidak harmonis
d. Anak yang menunjukkan perilaku
akibat hubungan kelompok yang tidak baik di sekolah, sibling
e. Beban berat antara 3 generasi,
kakek-nenek, orang tua, cucu
f. Keluarga dengan salah satu anggota
merupakan pengguna obat terlarang
g. Kekerasan fisik, emosional atau
seksual oleh salah satu anggota keluarga
h. Anak merupakan korban dari konflik
perkawinan
5.
Cari dan rangkum satu contoh yang menggambarkan terapi keluarga.
Seorang anak mungkin merasa bersaing dengan
saudara-saudaranya yang lain untuk mendapat perhatian dari orang tua dan
mengembangkan enuresis (mengompol)
sebagai satu-satunya cara untuk mendapat perhatian. Family therapy akan membantu keluarga mengeluarkan “pesan yang
tersembunyi” yang terkandung dalam tingkah laku anak tersebut menjadi pesan
yang terbuka, dan membantu keluarga mengadakan perubahan dalam
hubungan-hubungan mereka untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak tersebut
dengan lebih tepat. Dengan berbuat demikian, terapis akan memperlihatkan kepada
keluarga bagaimana anggota keluarga yang mengalami masalah tertentu telah
digunakan sebagai fokus untuk masalah keluarga sebagai suatu keseluruhan.
Referensi:
Sawitri, R.D. (2009). Postmodernisme dan Family Therapy Berbasis
Belief System dan Narratives. Jurnal Psikologi Undip, 5, 1
Almasitoh, H.U. (2012). Model
Terapi Dalam Keluarga. Magistra, 80
Shives, L.R. (1998). Basic concept
psychiatric – mental health nursing. (4th ed). Philadelphia:
Lippincolt.
Howard, A.L, dkk, 2001. Family
Psychology. Science based intervention, APA: Washington DC.
Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius
Wijayanti, D.Y. (2010). Terapi
keluarga. Diakses tanggal 07 Mei 2015 dari http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:ethprMPTlpcJ:https://macind.files.wordpress.com/2010/12/terapikeluarga.pptx+&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id.