Kamis, 27 Maret 2014

Tulisan 1 Kesehatan Mental



Tulisan 1
I
Konsep Diri

Nama lengkap saya Marselita Sutiono, teman-teman, keluarga dan saudara saya sering memanggil dengan sebutan Marsel atau Acel, saya adalah anak paling bungsu dari 3 bersaudara. Meskupun saya anak paling kecil dan dua kakak saya adalah cowo itu bukan berarti saya memiliki sifat kekanakan dan manja, justru saya memiliki sifat sebaliknya, tanpa saya sadari sifat saya ini sering membuat kedua orang tua saya dan kakak saya heran, karena saya memiliki sifat yang jauh berbeda dan pandangan yang sangat berbeda dengan kedua kakak saya. Saya memiliki jiwa dan kemauan yang kuat, walaupun begitu tetapi ego yang saya miliki cenderung tidak selalu merugikan orang lain, walaupun kadang-kadang membuat orang-orang terdekat saya kesusahan, tetapi pada halnya saya cepat menyadari kesalahan saya tanpa harus di beritahukan terlebih dahulu. Saya senang mengerjakan segala sesuatunya sendiri, baik tugas kuliah maupun menghabiskan keseharian saya dengan bersolitaire, membuat diri saya sendiri senang dengan hal yang saya lakukan sendiri, walaupun begitu saya senang memimpin dan aktif di luar, saya juga sangat senang terhadap perubahan positif yang ada pada diri saya, saya suka mendengarkan kritikan atau komentar orang lain mengenai diri saya untuk mengkoreksi kesalahan tentunya. Saya sangat optimis terhadap sesuatu, tetapi saya juga mempertimbangkan hal baik atau buruknya dari apa yang saya targetkan, saya tidak begitu suka menceritakan masalah saya atau keburukan saya terhadap orang lain, itulah sebabnya saya tidak mudah percaya kepada orang lain, saya cukup mempercayakan satu orang saja, yang mengetahui kelemahan saya luar dan dalam serta kebiasaan saya, saya cenderung menyukai tantangan, karena menurut saya ‘hidup kurang nikmat kalau rasanya hanya tawar saja’ itu sebabnya saya berani menghadapi masalah baik dalam perkuliahan maupun kehidupan sehari-hari saya, karena pada prinsipnya masalah lah yang membuat saya semakin kuat dan tidak mudah menyerah.

Namun dibalik itu semua, saya merupakan pribadi yang tidak sabaran dan cenderung emosional, saya senang memerintah, tetapi tidak mau diperintah, ego saya kadang membuat orang disekitar saya merasa dirugikan, saya sangat susah untuk santai, karena pada halnya saya menyukai segala sesuatu yang cepat, tepat dan tidak bertele-tele, saya juga cenderung gengsi terhadap suatu hal tertentu, seperti mengakui kesalahan secara terang-terangan maupun minta maaf. Saya juga termasuk tipe orang yang menuntut kesempurnaan, kadang saya sering membuat orang sekitar saya jengkel karena perbuatan semena-mena saya, walaupun maksud saya baik tetapi saya kurang bisa beradaptasi dan mengerti kondisi atau keadaan orang sekitar saya. Hal yang paling tidak saya sukai adalah menunggu dan menunda pekerjaan, saya selalu ingin segala sesuatunya selesai dengan cepat saat itu juga. Sifat buruk yang paling sering muncul dalam diri saya adalah kelabilan, labil baik secara emosional maupun pikiran. Sekalinya saya semangat atau lagi dalam kondisi senang, saya bisa sangat aktif bahkan tidak bisa diam, tetapi sekalinya saya dalam kondisi yang tidak stabil seperti bingung, kesal, sedih, jenuh dan lainnya tanpa alasan yang jelas, saya bisa menjadi sangat diam bahkan tidak mau melakukan apapun. Karena jika ada sesuatu hal yang membuat saya tidak suka atau menganggu saya, keadaan dalam diri saya bisa menjadi sangat sensitif.

Dalam kehidupan sehari-hari, saya adalah orang yang sangat humoris, saya suka bergaul dengan siapapun dan dari kalangan apapun, tanpa memandang keadaan mereka dari status atau apapun, karena menurut saya jika orang tersebut tidak fake saya akan bisa nyaman dengannya. Saya sangat menyukai hal yang lucu, saya sangat menyukai anak kecil dan hewan peliharaan khususnya anjing, saya sangat menyukai anjing karena mereka sering membuat saya terhibur baik dalam kondisi down sekalipun. Saya juga memiliki bakat terpendam, yaitu menyanyi dan membuat kata-kata mutiara, walaupun berbanding terbalik dengan kepribadian saya yang keras, namun didalam diri saya masih ada sifat yang melakolis. Jika ada waktu luang saya sering mengcover beberapa lagu dari artis yang saya sukai. Masalah penampilan dalam diri saya lebih cenderung tomboy, saya suka hal yang berbau feminim tetapi hanya beberapa dan tertentu saja, saya tidak menyukai pakaian atau apapun yang saya kenakan terlalu ribet dan berlebihan.

Dari beberapa penjabaran mengenai diri saya diatas, dapat disimpulkan bahwa:
Kekurangan saya:
*       Egois
*       Moody
*       Sensitif
*       Emosional
*       Sulit untuk santai dalam apapun
*       Gengsi terhadap hal tertentu

Kelebihan saya:    
*       Optimis
*       Bertanggung jawab
*       Simpel
*       Berkemauan keras
*       Bergerak cepat
*       Humoris
II
Kasus Ketidaksehatan Mental Nasional

Sumanto
Sang Kanibal dari Purbalingga

 


















Sumanto, begitulah laki-laki berumur 31 tahun lalu itu dinamakan. Orang tuanya, Mulya Wikarta (67 tahun) dan Samen (60), tak pernah ‘bermimpi’ anaknya akan tumbuh menjadi seorang kanibal - yang memakan tubuh tetangganya sendiri. Namun, pada Selasa (14/1) malam lalu, Wikarta justru dikejutkan dengan ‘mimpi buruk’, ketika polisi membekuk Sumanto sebagai pencuri mayat wanita tua, dan dinyatakan memakan daging mayat tersebut. Celakanya lagi, karena tidak tahu sang ayah juga ikut makan bersama anaknya, setelah potongan daging Mbah Rinah dibakar oleh Sumanto.

Peristiwa tersebut mulai terkuak ketika berita hilangnya mayat seorang nenek berusia 81 tahun yang belum sampai 24 jam dikubur di kuburan Desa Mojotengah, Kemangkon, Purbalingga, Jawa Tengah. Warga setempat geger karena kuburan Mbah Rinah sudah acak-acakan. Mereka lebih dibuat geger lagi ternyata mayat Mbah Rinah sudah raib. Berita tersebut segera menyebar sampai ke desa tetangga. Malahan ada yang membumbuinya dengan hal-hal yang berbau mistis sehingga membuat warga desa ‘terteror.’ Kaum perempuan tak berani tidur sendirian, para lelaki melakukan ronda sampai pagi. Ketegangan baru berakhir saat polisi membekuk Sumanto di rumahnya sekitar lima kilo meter dari makam Mbah Rinah. Sumanto rupanya teledor. Ia tak memperhitungkan ‘sisa’ mayat yang ia tanam di depan rumahnya bakal menyebarkan bau busuk. Warga yang mencium aroma tak sedap curiga, lalu melapor ke polisi.

Sumanto tak berkutik karena polisi menemukan potongan tubuh dan tulang-tulang Mbah Rinah di rumahnya. Selain itu Polisi juga mendapati tengkorak manusia, dua alat vital laki - laki dalam botol. Kepada Polisi Sumanto mengaku dirinya sedang memperdalam ilmu di bawah bimbingan seorang ‘guru.’ Dengan memakan mayat badannya akan menjadi kebal, tak terluka oleh goresan senjata, dan mendapat ketenangan batin.

Perburuan Sumanto terhadap mayat Mbah Rinah dimulai sejak Sabtu (11/1) pukul 19 00 WIB. Saat itu ia mulai menggali kuburan Mbah Rinah yang telah diamatinya sejak sore. Kain kafan pembungkus mayat Mbah Rinah yang dimakamkan Sabtu siang itu, baru berhasil ia sentuh pada Minggu pukul dua dini hari. Hal itu dikarenakan pembongkaran kuburan ia lakukan dengan tangan kosong tanpa menggunakan alat bantu. Setelah mayat Mbah Rinah dikeluarkan dari liang kubur, kain kafan yang membalutnya dilucuti dan ditinggalkan begitu saja. Mayat kemudian dimasukkan ke dalam karung plastik lalu diangkut dengan sepeda onthel menuju rumahnya yang berjarak sekitar 1,7 km.

Sesampainya di rumah, Sumanto memotong alat vital Mbah Rinah dan membungkusnya dengan kain merah. Saat ia ditangkap Polisi menemukan bungkusan kain merah itu di saku bajunya. Selanjutnya, ia memotong-motong mayat seperti orang memotong daging ayam. Lantas dipotong-potong sebagian dibakar, dimasak dengan kuali dan sebagian dimakan mentah-mentah.

Saat rekonstruksi kasus ini dilaksanakan pada pada Sabtu (18/1) pagi, warga tampak histeris dan merasa jijik. Meski alat peraga dalam rekonstruksi itu hanyalah daging dan tulang sapi mentah, Sumanto tampak antusias melahapnya. Meski rekontruksi dilakukan pagi pukul 06.30, namun rekonstruksi tersebut mendapat perhatian luas dari masyarakat sekitarnya. "Sengaja kita lakukan rekonstruksi pagi-pagi sekali untuk menghindari kerumunan warga. Namun kenyataannya, masyarakat tetap banyak yang melihat. Untungnya, rekontsruksi berlangsung lancar," kata Kapolres Purbalingga, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Agus Sofyan Abadi, saat mempimpin acara tersebut. Tak hanya itu, ternyata ini bukan pertama kalinya Sumanto ‘menikmati’ daging manusia. Sumanto mengaku bahwa sebelumnya ia telah memakan tiga tubuh manusia selain Mbah Rinah. Korban pertama yang ia makan adalah seorang perampok yang semula akan membegalnya. Perampok itu sempat duel dengan Sumanto. Ia berhasil membunuhnya dan kemudian memakan daging tubuhnya mentah-mentah. Peristiwa kedua adalah korban kecelakaan kereta api. Ketika dia berjalan di pinggir rel di sekitar daerah Rajabasah, ia menemukan potongan kaki manusia. Seketika itu ia makan mentah-mentah. Kemudian kejadian ketiga adalah seorang begal yang juga berhasil ia bunuh. Begal itu kemudian dimakan Sumanto bersama temannya yang ia lupa namanya. Korban ketiga ini, kemudian ia ambil penisnya dan dijadikan kalung.

Hanya saja saja polisi belum percaya begitu saja dengan pengakuan Sumanto. Pasalnya, seluruh empat korban itu, belum termasuk dengan misteri keberadaan Mistam si tukang pijat yang hilang setelah memijat Sumanto. Pakaian Mistam sendiri, berhasil ditemukan di rumah Sumanto. Kemudian, keberadaan seorang bocah usia belasan warga Mandiraja Banjarnegara, yang juga dilaporkan hilang setelah bermain di sekitar rumah Sumanto. Atas perkembangan pemeriksaan tersebut, Kapolres Agus Sofyan Abadi meminta kepada masyarakat sekitar untuk melapor ke polisi jika merasa kehilangan angota keluarganya.

Melihat perbuatannya yang ‘kelewat-lewat’, sejumlah warga menduga Sumanto tak waras. Namun tampaknya dugaan itu keliru. Menurut Kapolres Purbalingga Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Agus Sofyan Abadi, saat diperiksa polisi Sumanto menjawab pertanyaan dengan lancar, tak berbelit-belit. Setelah diperiksa oleh tim psikologi Polda Jawa Tengah, Sumanto dinyatakan sebagai psikopat. Semua perbuatan Sumanto, dilakukan secara sadar bahkan dengan pertimbangan yang matang. "Misalnya untuk kasus mencuri mayat Mbah Rinah dan kemudian memakannya, semuanya sudah disiapkan, sudah direncanakan. Sumanto melakukan semua itu dalam keadaan sehat dan sadar," kata AKBP Purnomo, ketua tim pemeriksa Sumanto yang juga Kadis Psikologi Polda Jateng. Untuk memastikan apakah Sumanto benar-benar waras atau tidak, sejak Kamis lalu Polisi mengirimnya ke RSUD Banyumas selama 14 hari.

Perilaku miring Sumanto diduga berawal dari pengalaman Sumanto selama merantau ke Lampung. Saat di Lampung itu Sumanto bertemu dengan searang guru spiritual yang bernama Taslim. Taslim mengajarkan bahwa memakan mayat manusia dapat memberikannya kesaktian dan kekayaan. Kata Purnomo, waktu ia berada di Lampung terjadi perubahan perilaku yang cukup signifikan. "Artinya, pengalaman-pengalaman itu telah membuat Sumanto seperti telah menemukan dunianya yang baru. Dia tidak lagi memperhatikan asas norma kelaziman seperti makan daging mentah bahkan daging manusia. Ini kan tidak lazim, tapi Sumanto dengan sadar melakukannya," kata Purnomo.

Entah apa yang Sumanto rasakan ketika ia mengunyah daging korban-korbannya. Namun, paling sedikit, empat tubuh telah dilahapnya. Dalam rapat desa, warga Desa Plumutan telah sepakat untuk mengusir si kanibal dari desa. Tak hanya itu, mereka menuntut aparat untuk menghukum Sumanto dengan hukuman seberat-beratnya. Paling tidak, saat ini warga desa dapat kembali tidur dengan tenang.

Lain halnya dengan Mulya Wikarta dan Ny Samen, orang tua Sumanto. Mereka harus menahan malu akibat ulah anak mereka. Bukan salah mereka menamakan anak mereka Sumanto. Bukan salah mereka, jika orang menafsirkan Sumanto menjadi kepanjangan dari Suka MAkaN Tubuh Orang. (Indra Darma -- TNR/dari berbagai sumber)

Sumber:

Pendapat:
Menurut pendapat saya berdasarkan penjabaran kasus Sumanto diatas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa dalam hal kasus Sumanto tersebut berlaku teori kriminal W.A Bonger yang mengatakan bahwa seseorang berbuat kejahatan dikarenakan tekanan ekonomi. Bonger, dalam analisanya terhadap masalah kejahatan, lebih mempergunakan pendekatan sosiologis, misalnya analisa tentang hubungan antara kejahatan dengan kemiskinan. 

Berdasarkan informasi berita terkait kasus ini dapat disimpulkan bahwa pencurian mayat yang dilakukan Sumanto dilatarbelakangi oleh alasan ekonomi atau kemiskinan yang dirasa sangat memberatkan hidupnya. Karena kemiskinan inilah Sumanto terobsesi untuk cepat kaya dengan jalan pintas tanpa perlu bekerja keras, yaitu dengan menguasai ilmu pesugihan. Dan salah satu syarat untuk menguasai ilmu pesugihan tersebut adalah dengan memakan mayat sebagaimana petunjuk dari gurunya. Perbuatan mencuri dan memakan mayat ini dilakukan Sumanto dalam keadaan sadar dan direncanakan tanpa ada beban moral. Perbuatannya juga dinilai sama sekali tidak mengindahkan norma agama dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, sehingga dampak dari perbuatannya tersebut sangat meresahkan masyarakat. Perilaku Sumanto yang menyalahi norma agama dan nilai-nilai dalam masyarakat tersebut juga dilatarbelakangi oleh tingkat pendidikan yang rendah, pemahaman agama yang salah, serta perhatian yang kurang dari kedua orang tuanya semasa kecil. Hal-hal itulah yang membawa pengaruh pada perkembangan mental dan kejiwaan sehingga Sumanto nekat mencuri dan memakan mayat.

Belajar dari kasus Sumanto ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk meminimalisi munculnya kasus-kasus serupa, yaitu adanya kerja sama antara pemerintah dan seluruh elemen masyarakat di Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi dan kemiskinan, khususnya masyarakat yang berada di kawasan terpencil (pedalaman) dan jauh dari ibu kota karena mengingat tekanan ekonomi dan kemiskinan merupakan salah satu faktor yang sering menjadi pemicu terjadinya tindak kejahatan dan perilaku menyimpang dalam masyarakat. Peran tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam mensosialisasikan pemahaman ajaran agama dan etika yang benar pada masyarakat sangatlah penting. Mereka juga dituntut untuk dapat menerapkan nilai-nilai agama dan norma-norma dalam masyarakat. Khususnya pada masyarakat yang masih memerlukan perhatian secara ekonomi. Peran orang tua merupakan kunci mendasar bagi anak-anak mereka, sehinggaorang tua dituntut untuk berperan lebih banyak dalam mendidik dan mengarahkan anak-anak mereka. Baik yang berkaitan dengan pendidikan formal maupun pendidikan non-formal. Perhatian dari orang tua adalah kebutuhan dasar setiap manusia