Tulisan 1
I
Konsep Diri
Nama
lengkap saya Marselita Sutiono, teman-teman, keluarga dan saudara saya sering
memanggil dengan sebutan Marsel atau Acel, saya adalah anak paling bungsu dari
3 bersaudara. Meskupun saya anak paling kecil dan dua kakak saya adalah cowo
itu bukan berarti saya memiliki sifat kekanakan dan manja, justru saya memiliki
sifat sebaliknya, tanpa saya sadari sifat saya ini sering membuat kedua orang
tua saya dan kakak saya heran, karena saya memiliki sifat yang jauh berbeda dan
pandangan yang sangat berbeda dengan kedua kakak saya. Saya memiliki jiwa dan
kemauan yang kuat, walaupun begitu tetapi ego yang saya miliki cenderung tidak
selalu merugikan orang lain, walaupun kadang-kadang membuat orang-orang
terdekat saya kesusahan, tetapi pada halnya saya cepat menyadari kesalahan saya
tanpa harus di beritahukan terlebih dahulu. Saya senang mengerjakan segala
sesuatunya sendiri, baik tugas kuliah maupun menghabiskan keseharian saya
dengan bersolitaire, membuat diri saya sendiri senang dengan hal yang saya
lakukan sendiri, walaupun begitu saya senang memimpin dan aktif di luar, saya
juga sangat senang terhadap perubahan positif yang ada pada diri saya, saya
suka mendengarkan kritikan atau komentar orang lain mengenai diri saya untuk
mengkoreksi kesalahan tentunya. Saya sangat optimis terhadap sesuatu, tetapi
saya juga mempertimbangkan hal baik atau buruknya dari apa yang saya targetkan,
saya tidak begitu suka menceritakan masalah saya atau keburukan saya terhadap
orang lain, itulah sebabnya saya tidak mudah percaya kepada orang lain, saya
cukup mempercayakan satu orang saja, yang mengetahui kelemahan saya luar dan
dalam serta kebiasaan saya, saya cenderung menyukai tantangan, karena menurut
saya ‘hidup kurang nikmat kalau rasanya hanya tawar saja’ itu sebabnya saya
berani menghadapi masalah baik dalam perkuliahan maupun kehidupan sehari-hari
saya, karena pada prinsipnya masalah lah yang membuat saya semakin kuat dan
tidak mudah menyerah.
Namun
dibalik itu semua, saya merupakan pribadi yang tidak sabaran dan cenderung
emosional, saya senang memerintah, tetapi tidak mau diperintah, ego saya kadang
membuat orang disekitar saya merasa dirugikan, saya sangat susah untuk santai,
karena pada halnya saya menyukai segala sesuatu yang cepat, tepat dan tidak
bertele-tele, saya juga cenderung gengsi terhadap suatu hal tertentu, seperti
mengakui kesalahan secara terang-terangan maupun minta maaf. Saya juga termasuk
tipe orang yang menuntut kesempurnaan, kadang saya sering membuat orang sekitar
saya jengkel karena perbuatan semena-mena saya, walaupun maksud saya baik
tetapi saya kurang bisa beradaptasi dan mengerti kondisi atau keadaan orang
sekitar saya. Hal yang paling tidak saya sukai adalah menunggu dan menunda
pekerjaan, saya selalu ingin segala sesuatunya selesai dengan cepat saat itu
juga. Sifat buruk yang paling sering muncul dalam diri saya adalah kelabilan,
labil baik secara emosional maupun pikiran. Sekalinya saya semangat atau lagi
dalam kondisi senang, saya bisa sangat aktif bahkan tidak bisa diam, tetapi
sekalinya saya dalam kondisi yang tidak stabil seperti bingung, kesal, sedih,
jenuh dan lainnya tanpa alasan yang jelas, saya bisa menjadi sangat diam bahkan
tidak mau melakukan apapun. Karena jika ada sesuatu hal yang membuat saya tidak
suka atau menganggu saya, keadaan dalam diri saya bisa menjadi sangat sensitif.
Dalam
kehidupan sehari-hari, saya adalah orang yang sangat humoris, saya suka bergaul
dengan siapapun dan dari kalangan apapun, tanpa memandang keadaan mereka dari status
atau apapun, karena menurut saya jika orang tersebut tidak fake saya akan bisa nyaman dengannya. Saya sangat menyukai hal yang
lucu, saya sangat menyukai anak kecil dan hewan peliharaan khususnya anjing,
saya sangat menyukai anjing karena mereka sering membuat saya terhibur baik
dalam kondisi down sekalipun. Saya
juga memiliki bakat terpendam, yaitu menyanyi dan membuat kata-kata mutiara,
walaupun berbanding terbalik dengan kepribadian saya yang keras, namun didalam
diri saya masih ada sifat yang melakolis. Jika ada waktu luang saya sering
mengcover beberapa lagu dari artis yang saya sukai. Masalah penampilan dalam
diri saya lebih cenderung tomboy, saya suka hal yang berbau feminim tetapi
hanya beberapa dan tertentu saja, saya tidak menyukai pakaian atau apapun yang
saya kenakan terlalu ribet dan berlebihan.
Dari
beberapa penjabaran mengenai diri saya diatas, dapat disimpulkan bahwa:
Kekurangan saya:
Egois
Moody
Sensitif
Emosional
Sulit
untuk santai dalam apapun
Gengsi
terhadap hal tertentu
Kelebihan saya:
Optimis
Bertanggung
jawab
Simpel
Berkemauan
keras
Bergerak
cepat
Humoris
II
Kasus Ketidaksehatan Mental Nasional
Sumanto
Sang Kanibal dari Purbalingga
Sang Kanibal dari Purbalingga
Sumanto, begitulah laki-laki berumur 31 tahun lalu itu dinamakan. Orang tuanya, Mulya Wikarta (67 tahun) dan Samen (60), tak pernah ‘bermimpi’ anaknya akan tumbuh menjadi seorang kanibal - yang memakan tubuh tetangganya sendiri. Namun, pada Selasa (14/1) malam lalu, Wikarta justru dikejutkan dengan ‘mimpi buruk’, ketika polisi membekuk Sumanto sebagai pencuri mayat wanita tua, dan dinyatakan memakan daging mayat tersebut. Celakanya lagi, karena tidak tahu sang ayah juga ikut makan bersama anaknya, setelah potongan daging Mbah Rinah dibakar oleh Sumanto.
Peristiwa tersebut mulai terkuak ketika berita hilangnya
mayat seorang nenek berusia 81 tahun yang belum sampai 24 jam dikubur di
kuburan Desa Mojotengah, Kemangkon, Purbalingga, Jawa Tengah. Warga setempat
geger karena kuburan Mbah Rinah sudah acak-acakan. Mereka lebih dibuat geger
lagi ternyata mayat Mbah Rinah sudah raib. Berita tersebut segera menyebar
sampai ke desa tetangga. Malahan ada yang membumbuinya dengan hal-hal yang
berbau mistis sehingga membuat warga desa ‘terteror.’ Kaum perempuan tak berani
tidur sendirian, para lelaki melakukan ronda sampai pagi. Ketegangan baru
berakhir saat polisi membekuk Sumanto di rumahnya sekitar lima kilo meter dari
makam Mbah Rinah. Sumanto rupanya teledor. Ia tak memperhitungkan ‘sisa’ mayat
yang ia tanam di depan rumahnya bakal menyebarkan bau busuk. Warga yang mencium
aroma tak sedap curiga, lalu melapor ke polisi.
Sumanto tak berkutik karena polisi menemukan potongan
tubuh dan tulang-tulang Mbah Rinah di rumahnya. Selain itu Polisi juga
mendapati tengkorak manusia, dua alat vital laki - laki dalam botol. Kepada
Polisi Sumanto mengaku dirinya sedang memperdalam ilmu di bawah bimbingan
seorang ‘guru.’ Dengan memakan mayat badannya akan menjadi kebal, tak terluka
oleh goresan senjata, dan mendapat ketenangan batin.
Perburuan Sumanto terhadap mayat Mbah Rinah dimulai sejak
Sabtu (11/1) pukul 19 00 WIB. Saat itu ia mulai menggali kuburan Mbah Rinah
yang telah diamatinya sejak sore. Kain kafan pembungkus mayat Mbah Rinah yang
dimakamkan Sabtu siang itu, baru berhasil ia sentuh pada Minggu pukul dua dini hari.
Hal itu dikarenakan pembongkaran kuburan ia lakukan dengan tangan kosong tanpa
menggunakan alat bantu. Setelah mayat Mbah Rinah dikeluarkan dari liang kubur,
kain kafan yang membalutnya dilucuti dan ditinggalkan begitu saja. Mayat
kemudian dimasukkan ke dalam karung plastik lalu diangkut dengan sepeda onthel
menuju rumahnya yang berjarak sekitar 1,7 km.
Sesampainya di rumah, Sumanto memotong alat vital Mbah
Rinah dan membungkusnya dengan kain merah. Saat ia ditangkap Polisi menemukan
bungkusan kain merah itu di saku bajunya. Selanjutnya, ia memotong-motong mayat
seperti orang memotong daging ayam. Lantas dipotong-potong sebagian dibakar,
dimasak dengan kuali dan sebagian dimakan mentah-mentah.
Saat rekonstruksi kasus ini dilaksanakan
pada pada Sabtu (18/1) pagi, warga tampak histeris dan merasa jijik. Meski alat
peraga dalam rekonstruksi itu hanyalah daging dan tulang sapi mentah, Sumanto
tampak antusias melahapnya. Meski rekontruksi dilakukan pagi pukul 06.30, namun
rekonstruksi tersebut mendapat perhatian luas dari masyarakat sekitarnya.
"Sengaja kita lakukan rekonstruksi pagi-pagi sekali untuk menghindari
kerumunan warga. Namun kenyataannya, masyarakat tetap banyak yang melihat.
Untungnya, rekontsruksi berlangsung lancar," kata Kapolres Purbalingga,
Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Agus Sofyan Abadi, saat mempimpin acara
tersebut. Tak hanya itu, ternyata ini bukan pertama kalinya Sumanto ‘menikmati’
daging manusia. Sumanto mengaku bahwa sebelumnya ia telah memakan tiga tubuh
manusia selain Mbah Rinah. Korban pertama yang ia makan adalah seorang perampok
yang semula akan membegalnya. Perampok itu sempat duel dengan Sumanto. Ia
berhasil membunuhnya dan kemudian memakan daging tubuhnya mentah-mentah.
Peristiwa kedua adalah korban kecelakaan kereta api. Ketika dia berjalan di
pinggir rel di sekitar daerah Rajabasah, ia menemukan potongan kaki manusia.
Seketika itu ia makan mentah-mentah. Kemudian kejadian ketiga adalah seorang
begal yang juga berhasil ia bunuh. Begal itu kemudian dimakan Sumanto bersama
temannya yang ia lupa namanya. Korban ketiga ini, kemudian ia ambil penisnya
dan dijadikan kalung.
Hanya saja saja polisi belum percaya begitu saja dengan
pengakuan Sumanto. Pasalnya, seluruh empat korban itu, belum termasuk dengan
misteri keberadaan Mistam si tukang pijat yang hilang setelah memijat Sumanto.
Pakaian Mistam sendiri, berhasil ditemukan di rumah Sumanto. Kemudian,
keberadaan seorang bocah usia belasan warga Mandiraja Banjarnegara, yang juga
dilaporkan hilang setelah bermain di sekitar rumah Sumanto. Atas perkembangan
pemeriksaan tersebut, Kapolres Agus Sofyan Abadi meminta kepada masyarakat
sekitar untuk melapor ke polisi jika merasa kehilangan angota keluarganya.
Melihat perbuatannya yang ‘kelewat-lewat’, sejumlah warga
menduga Sumanto tak waras. Namun tampaknya dugaan itu keliru. Menurut Kapolres
Purbalingga Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Agus Sofyan Abadi, saat
diperiksa polisi Sumanto menjawab pertanyaan dengan lancar, tak berbelit-belit.
Setelah diperiksa oleh tim psikologi Polda Jawa Tengah, Sumanto dinyatakan
sebagai psikopat. Semua perbuatan Sumanto, dilakukan secara sadar bahkan dengan
pertimbangan yang matang. "Misalnya untuk kasus mencuri mayat Mbah Rinah
dan kemudian memakannya, semuanya sudah disiapkan, sudah direncanakan. Sumanto
melakukan semua itu dalam keadaan sehat dan sadar," kata AKBP Purnomo,
ketua tim pemeriksa Sumanto yang juga Kadis Psikologi Polda Jateng. Untuk
memastikan apakah Sumanto benar-benar waras atau tidak, sejak Kamis lalu Polisi
mengirimnya ke RSUD Banyumas selama 14 hari.
Perilaku miring Sumanto diduga berawal dari pengalaman
Sumanto selama merantau ke Lampung. Saat di Lampung itu Sumanto bertemu dengan
searang guru spiritual yang bernama Taslim. Taslim mengajarkan bahwa memakan
mayat manusia dapat memberikannya kesaktian dan kekayaan. Kata Purnomo, waktu
ia berada di Lampung terjadi perubahan perilaku yang cukup signifikan.
"Artinya, pengalaman-pengalaman itu telah membuat Sumanto seperti telah
menemukan dunianya yang baru. Dia tidak lagi memperhatikan asas norma kelaziman
seperti makan daging mentah bahkan daging manusia. Ini kan tidak lazim, tapi
Sumanto dengan sadar melakukannya," kata Purnomo.
Entah apa yang Sumanto rasakan ketika ia mengunyah daging
korban-korbannya. Namun, paling sedikit, empat tubuh telah dilahapnya. Dalam
rapat desa, warga Desa Plumutan telah sepakat untuk mengusir si kanibal dari
desa. Tak hanya itu, mereka menuntut aparat untuk menghukum Sumanto dengan
hukuman seberat-beratnya. Paling tidak, saat ini warga desa dapat kembali tidur
dengan tenang.
Lain halnya dengan Mulya Wikarta dan Ny Samen, orang tua
Sumanto. Mereka harus menahan malu akibat ulah anak mereka. Bukan salah mereka
menamakan anak mereka Sumanto. Bukan salah mereka, jika orang menafsirkan
Sumanto menjadi kepanjangan dari Suka MAkaN Tubuh Orang. (Indra Darma --
TNR/dari berbagai sumber)
Sumber:
Pendapat:
Menurut pendapat saya berdasarkan penjabaran
kasus Sumanto diatas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa dalam hal kasus
Sumanto tersebut berlaku teori kriminal W.A Bonger yang mengatakan bahwa
seseorang berbuat kejahatan dikarenakan tekanan ekonomi. Bonger, dalam analisanya terhadap
masalah kejahatan, lebih mempergunakan pendekatan sosiologis, misalnya analisa
tentang hubungan antara kejahatan dengan kemiskinan.
Berdasarkan
informasi berita terkait kasus ini dapat disimpulkan bahwa pencurian mayat yang
dilakukan Sumanto dilatarbelakangi oleh alasan ekonomi atau kemiskinan yang
dirasa sangat memberatkan hidupnya. Karena kemiskinan inilah Sumanto terobsesi
untuk cepat kaya dengan jalan pintas tanpa perlu bekerja keras, yaitu dengan
menguasai ilmu pesugihan. Dan salah satu syarat untuk menguasai ilmu pesugihan
tersebut adalah dengan memakan mayat sebagaimana petunjuk dari gurunya. Perbuatan
mencuri dan memakan mayat ini dilakukan Sumanto dalam keadaan sadar dan
direncanakan tanpa ada beban moral. Perbuatannya juga dinilai sama sekali tidak
mengindahkan norma agama dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, sehingga
dampak dari perbuatannya tersebut sangat meresahkan masyarakat. Perilaku
Sumanto yang menyalahi norma agama dan nilai-nilai dalam masyarakat tersebut juga
dilatarbelakangi oleh tingkat pendidikan yang rendah, pemahaman agama yang salah,
serta perhatian yang kurang dari kedua orang tuanya semasa kecil. Hal-hal
itulah yang membawa pengaruh pada perkembangan mental dan kejiwaan sehingga
Sumanto nekat mencuri dan memakan mayat.
Belajar dari
kasus Sumanto ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk meminimalisi munculnya
kasus-kasus serupa, yaitu adanya kerja sama antara pemerintah dan seluruh elemen
masyarakat di Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi dan kemiskinan,
khususnya masyarakat yang berada di kawasan terpencil (pedalaman) dan jauh dari
ibu kota karena mengingat tekanan ekonomi dan kemiskinan merupakan salah satu
faktor yang sering menjadi pemicu terjadinya tindak kejahatan dan perilaku
menyimpang dalam masyarakat. Peran tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam
mensosialisasikan pemahaman ajaran agama dan etika yang benar pada masyarakat
sangatlah penting. Mereka juga dituntut untuk dapat menerapkan nilai-nilai
agama dan norma-norma dalam masyarakat. Khususnya pada masyarakat yang masih
memerlukan perhatian secara ekonomi. Peran orang tua merupakan kunci mendasar
bagi anak-anak mereka, sehinggaorang tua dituntut untuk berperan lebih banyak
dalam mendidik dan mengarahkan anak-anak mereka. Baik yang berkaitan dengan
pendidikan formal maupun pendidikan non-formal. Perhatian dari orang tua adalah
kebutuhan dasar setiap manusia